Kopi Luwak Gayo Diminati Investor Korea

Civet Coffee Gayo demand by South Korean investors

||The Globe Jurnal|Serambi Indonesia|11JUN13|  
Pangsa pasar Kopi Luwak dari dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah makin meluas, menyerupai dikutip pada : 
http://theglobejournal.com/Ekonomi/kopi-luwak-gayo-diminati-investor-korea/index.php? 
Melihat potensi dan peluang pasarnya cukup menarik di luar negeri, kalangan investor asal Korea Selatan mulai melirik produksi kopi luwak (musang) dari Kabupaten Aceh Tengah.
Market share Kopi Luwak (civet coffee) from the Central Highlands, Central Aceh is becoming widespread. Seeing the potential market opportunity is quite interesting and abroad, among South Korean investors began to look at production (civet coffee from Central Aceh district.

Pembina Lembaga Aceh Denmark (ACDK) Tarmizi Age di Banda Aceh, Senin (10/6) menyatakan, potensi kopi luwak di Aceh Tengah cukup besar, sehingga investor gila sangat tertarik untuk membeli.
Trustees 'Lembaga Aceh Denmark' (ACDK) Tarmizi Age in Banda Aceh, on Monday (10/6) states, the potential for civet coffee in Central Aceh is quite large, so that foreign investors are very interested in buying.

Tarmizi dikala mendampingi Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh Hasanuddin Darjo ke kawasan berhawa hirau taacuh itu sempat menemui Sarjiman salah seorang petani di Kecamatan Jagong Jeget yang telah menjalankan acara produksi kopi luwak semenjak tiga tahun yang lalu.
Tarmizi when accompanying the Head of the Food Security and Education Aceh Hasanuddin Darjo to cold temperate areas had a chance to meet Sarjiman one of the farmers in the district who have run Jagong Jeget civet coffee production activities since three years ago.

Usaha Sarjiman sekarang mulai menerima sambutan baik dari investor. Untuk harga pesanan dijual antara Rp. 300.000 sampai Rp. 400.000/kg. Dikatakan, untuk memproduksi kopi luwak tersebut, Sarjiman sekarang mempunyai 25 ekor luwak untuk bekerja menghasilkan kopi.
Sarjiman efforts are now beginning to get a good response from investors. For the price of the order is sold between Rp. 300,000 to Rp. 400.000/kg. It is said, for producing the civet coffee, Sarjiman now has 25 head of civet coffee to produce work.

Kepala Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Aceh Tengah Adian menyatakan, pihaknya akan memamerkan bagaimana kopi luwak itu dihasilkan termasuk rencana menghadirkan musang ke program peringatan hari Krida Pertanian yang akan digelar 30 Juni 2013 di UPTB BDP Saree, Kabupaten Aceh Besar.
Head of Education and Food Security in Central Aceh Adian said it will show off how civet coffee was generated, including the plan to bring Luwak Animal Krida day commemoration of Agriculture to be held June 30, 2013 in UPTB BDP Saree, Aceh Besar.

Hasannudin Darjo memberi apresiasi terhadap rencana promosi hasil perjuangan petani dari Tanah Gayo yang dikenal sebagai salah satu kawasan penghasil kopi dunia.
Tarmizi menyatakan, Sarjiman tidak hanya memproduksi kopi luwak, ia juga termasuk petani sukses Kopi Arabika yang kebunnya berada di Kampung Dedep, Kecamatan Jagong Jeget.
Kebunnya yang masih yang gres diremajakan itu sekarang batang kopi berukuran 30 cm dan 40 cm. Agar tanah tidak sia-sia Sarjiman menanam kentang di kebun kopi tersebut.
Hasannudin Darjo give an appreciation of the results of the promotion plans of farmers of the Gayo Land is known as one of the world's coffee-producing areas.
Tarmizi states, Sarjiman not only produce kopi luwak, it also includes successful Arabica coffee farmers whose farms are located in Kampung Dedep, District Jagong Jeget.Gardens are still newly rehabilitated coffee is now measuring 30 cm rods and 40 cm. Sarjiman once planted potatoes in the coffee plantations.

"Sesuatu yang luar biasa, kebun kopinya yang mempunyai luas hanya 1,5 hektar sanggup menghasilkan pemasukan Rp. 60 juta sekali panen. Sementara kopinya terus membesar bersamaan tanaman kentang," ujarnya.
Ia menyatakan, Sarjiman merupakan salah satu potret petani sukses di Kabupaten Aceh Tengah, alasannya di kawasan dataran tinggi Gayo itu merupakan pusat produksi Kopi Arabika terbesar di Provinsi Aceh.
"Something extraordinary, his coffee plantation which has an area of ​​only 1.5 hectares could produce income of Rp. 60 million once the harvest. While simultaneously coffee continues to grow potato plants," he said.He states, is one of the figures Sarjiman successful farmers in Central Aceh district, as in the Central Highlands region is the largest Arabica coffee production centers in the province of Aceh.

Meskipun demikian, Sarjiman mewakili petani lainnya berharap kepada pemerintah untuk membantu petani dalam bidang pemasaran sehingga perjuangan pertanian tidak merugikan petani.
Demikian kutipan berita Kopi Luwak Gayo Diminati Investor Korea yang dimuat beberapa media koran dan online.
Nonetheless, Sarjiman represent other farmers hoping for government to assist farmers in marketing of agricultural businesses that are not detrimental to farmers.Thus citations news Civet Coffee Gayo demand by South Korean investors who published several newspapers and online media.

0 Response to "Kopi Luwak Gayo Diminati Investor Korea"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel